Selasa, 19 November 2013

GOTTFRIED WILHELM LEIBNIZ (1646-1716)

     Gottfried Wilhelm Leibniz adalah seorang jenius universal, seorang pakar dalam hukum, agama, filsafat, kesusastraan, politik, geologi, sejarah, dan matematika. Lahir di Leipzig, Jerman, ia mendaftar di Universitas Leipzig dan meraih gelar doktor dari Universitas Altdrof. Seperti Descartes, yang karyanya ia pelajari, Leibniz mencari suatu metode universal dengan mana yang ia dapat memperoleh pengetahuan dan memahami kesatuan sifat-sifat dasarnya. Salah satu keinginan besarnya adalah mendamaikan keyakinan Katolik dan Protestan.
     Bersama dengan Isaac Newton, ia berbagi penghargaan untuk penemuan kalkulus. Masalah prioritas menyebabkan pertentangan yang tidak henti-hentinya antara pengikut dua orang besar ini, satu Inggris,yang lainnya Jerman. Sejarah menjadi hakim bahwa Newtonlah yang pertama mempunyai pemikiran utama (1665-1666), tetapi bahwa Leibniz menemukan mereka secara tersendiri selama tahun 1673-1676. Dengan kebesarannya itupun, Leibniz tidak menerima kehormatan seperti yang dicurahkan pada Newton. Ia meninggal sebagai orang kesepian. Pemakamannya hanya dihadiri seorang pelayat yaitu sekretarisnya.
     Mungkin Leibnizlah pencipta lambang-lambang matematika terbesar. Kepadanya kita berhutang nama-nama kalkulus diferensial dan kalkulus integral, sama halnya seperti lambang-lambang baku dy/dx dan  f untuk turunan dan integral. Istilah fungsi dan penggunaan secara konsisten dari = untuk kesamaan merupakan sumbangan-sumbangan lainnya. Kalkulus berkembang jauh lebih cepat di daratan Eropa dari pada di Inggris, sebagian besar disebabkan oleh keunggulan perlambangannya.                                             

http://www.gwleibniz.com
“Penemuan Leibniz letaknya dalam arah di  mana semua perkembangan modern dalam ilmu terletak,dalam membangun ketrampilan,simetri,dan harmoni,yaitusifat mencakupi dan ketajaman ketimbang menangani masalah-masalah tunggal,yang penyelesaiannya para pengikut segera mencapai ketrampilan yang lebih besar dari pada dirinya sendiri.” (J.T. Merz)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar