Senin, 11 November 2013

JEJAK KEJAYAAN PERDAGANGAN PALA DI PULAU RUN

Pada awal abad ke-16 hingga akhir abad ke-17, Pulau Run menjadi rebutan Inggris dan Belanda. Dalam buku Indonesia Banda, Colonialism and Its Aftermath in the Nutmeg Island (1983), Willard A Hanna menyebutkan, Portugis adalah negara yang paling awal menguasai Kepulauan Banda, pada 1511. Namun sekitar tahun 1605, Inggris melalui Perusahaan Hindia Timur Britania (East India Company/EIC) merebut Pulau Run dan Ai, pulau kecil di bagian barat pulau Banda. Run dan Ai pun menjadi daerah pertama bagian dari jajahan Inggris. Karena itu gelar penuh Raja James I pada waktu itu adalah Raja Inggris, Skotlandia, Irlandia, Perancis, Puloway (Ai), dan Puloroon (Run).

Pada saat bersamaan, Belanda lewat Kongsi Dagang Hindia Timur (VOC) di bawah Laksamana Van der Hagen mulai menancapkan monopoli pedagangan rempah-rempah dengan mengusir Portugis dari Kepulauan Banda, kecuali Pulau Run dan Ai. Selama puluhan tahun, Pulau Run yang dikuasai Inggris menjadi duri dalam daging dalam impian Belanda memonopoli perdagangan pala.

Pada awal abad ke-17, nilai 1 gram pala lebih mahal ketimbang 1 gram emas. Karena itu, Run menjadi pertaruhan terakhir Belanda untuk memonopoli penuh perdagangan pala.

Hanya saja, keganasan ombak Laut Banda menjadi kendala utama Belanda dalam usaha merebut Pulau Run.  Dalam beberapa kesempatan percobaan serangan, Belanda tak pernah berhasil mendekat ke pulau tersebut.

Akhirnya tentara VOC di masa Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen pada tahun 1621 berhasil mengusir Inggris dari Run. Serangkaian perjuangan heroik sepasukan kecil Inggris mempertahankan Run, digambarkan secara dramatis oleh Giles Milton dalam novel Nathaniel’s Nutmeg: How One Man’s Courage Changed the Course of History (1999).

Armada Inggris lainnya tetap berupaya mengganggu hegemoni Belanda. Perebutan berdarah Pulau Run akhirnya dibawa Inggris ke meja perundingan. Pada 1667 dalam Traktat Breada, Belanda rela menukar salah satu wilayah kolonialnya, yakni Nieuw Amsterdam di Pulau Manhattan, Amerika Serikat, dengan Pulau Run.

Ironisnya, Nieuw Amsterdam yang oleh Duke of York (James II) diganti namanya menjadi New York, kemudian berkembang menjadi pusat peradaban modern dunia. Sementara Run justru tersisih , terisolasi, dan makin dilupakan.

******************************************************************************************************************************************************************
Dalam buku yang berbeda yang ditulis oleh Francois Valentyn (4 jilid) cetakan abad ke-18 dikatakan :

"Abad ke-17 saat bangsa Eropa dengan semangat gold, gospel, dan glory mencari pusat peradaban dunia (Heyden Park). Di mulai saat VOC menemukan Run Island (Pulau Harta) di Maluku yang kaya akan rempah-rempah. Kemudian, mereka menganggap Run Island sebagai pusat peradaban dunia. Belakangan, Inggris dan Belanda berselisih: Berdasarkan perjanjian Breda, pada 1667, Belanda diharuskan menyerahkan jajahannya di Amerika (Manhattan) kepada Inggris. Sebagai kompensasi, Inggris menyerahkan Suriname ke Belanda. Manhattan inilah yang kemudian menjelma menjadi pusat peradaban dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar