Senin, 18 November 2013

GRIYA UNIK KHAS NUSANTARA

Rumah tradisional seringkali dianggap sebagai budaya primitif. Namun, sejatinya rumah tradisional Indonesia memiliki rancang bangun yang brilian, eksotis, dan multifungsi, serta menyesuaikan latar geografisnya. Rumah-rumah ini berdiri tidak sekadar karena proses desain, tetapi karena kultur masyarakatnya. Berikut ini merupakan beberapa rumah tradisional  Indonesia yang menarik untuk dilihat, dikutip dari majalah National Geographic Indonesia.

Omo Nifolasara
Masih ingat gempa bumi yang terjadi di Nias Selatan, Sumatera Utara pada tahun 2005 silam ? Di saat sebagian besar infrastruktur dan bangunan lainnya porak poranda, Omo Nifolasara, rumah adat paling besar dan ditempati keluaraga raja, tetap berdiri tegak. Bangunan ini bisa kuat karena struktur tiang penyangga yang tegak (ehomo) dan tiang penyangga diagonal (ndriwa). Keduanya tidak langsung ditanam dalam tanah, tetapi bertumpu pada umpak batu di bawah bangunan. Hasilnya ketika gempa, tiang tersebut bergeser mengikuti gaya horizontal gempa.

Betang
Rumah ini merupakan rumah tradisional suku Dayak yang tinggal di hulu Sungai Kapuas. Rumah ini berbentuk panjang dan dihuni turun-temurun oleh sejumlah keluarga. Betang memiliki tiang panggung berukuran lebih dari satu meter dan beratapkan sirap dari kayu ulin. Betang memliki makna lebih dari sekadar tempat berlindung. Di sana ada makna persatuan , gotong-royong, dan tenggang rasa. Hal ini terlihat dari jumlah pintu yang bisa mencapai belasan pintu. Satu pintu bisa dihuni dua sampai empat keluarga. Karena selalu tinggal bersama-sama, tercapai sebuah keakraban dan harmonisasi antara manusia  juga.

Uma Lengge

Rumah ini berda di Sumbawa, Nusa tenggara Barat. Bersanggakan tiang kayu dan beratapkan alang-alang, rumah berbentuk limas ini sudah dikenal sejak lima abad silam. Rumah ini dibangun secara bergotong-royong. Uniknya, jumlah tiang penyangga bisa menentukan status sosial dan tingkat ekonomi sang empunya rumah. Uma Lengge memiliki tiga tingkat dengan fungsinya masing-masing. Lantai satu untuk menerima tamu dan upacara adat, lantai dua untuk tempat tidur dan dapur, dan lantai tiga untuk menyimapan bahan makanan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar