300 Ornamen Anyaman Dipamerkan
JAKARTA, KOMPAS – Sebanyak 300 anyaman khas Dayak yang
didominasi jenis keranjang, tikar, dan topi ditampilkan pada Festival Seni
Anyam Adi Kriya yang dibuka Rabu (27/3) malam di Bentara Budaya Jakarta.
Festival yang berlangsung hingga 7 April itu juga diisi serangakaian diskusi
dari sisi sosial, budaya, dan teknik arsitektur, serta pameran foto.
Seluruh ornamen itu berasal dari delapan subsuku Dayak di
Kalimantan Timur. “Ini sungguh kesempatan yang sangat baik untuk menampilkan
anyaman terbaik di dunia,” kata John H McGlynn dari Yayasan Lontar pemrakarsa
festival yang didukung Yayasan Bhakti Total Bagi Indonesia Lestari, kemarin.
Malam kemarin, pembukaan diikuti peluncuran buku Plaited Arts from the Borneo
Rainforest (Bernard Sellato, editor), hasil penelitian 20 tahun seni
anyam.
Presiden Majelis Adat Dayak Nasional yang juga Gubernur
Kalimantan Tengah Agustin Teras Narang mengatakan anyaman Dayak bukan hanya
sebatas ornamen. Ada makna sangat dalam yang memperlihatkan relasi masyarakat
Dayak dengan Tuhan, sesama, dan lingkungan. Namun, itu semua terancam alih
fungsi hutan dan lahan yang masif.
Theodora Hangin, penganyam dan pemuka adat Dayak,
mengatakan, sebelum menganyam ada ritual tumat yang harus dijalankan. Penganyam
duduk berdoa berdiam diri. Larangan berbicara selama menganyam diberlakuakan. “
Satu motif selesai, penganyam meneriakkan ‘palop’ yang artinya sudah selesai.
Tujuannya agar hati ceria,” katanaya.
Kualitas anyaman Dayak ada pada kehalusan, daya tahan, dan
komplesitasnya. Penganyam hanya membayangkan pola lalu menuangkannya. Festival
juga diisi pameran foto Kalimantan tahun 1920-1925 oleh fotografer Jerman,
Gregor Krause.
Sumber: Harian Kompas, Kamis, 28 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar