Oleh M ZAID WAHYUDI
PENENTUAN HARI RAYA
Jika Natal selalu dirayakan setiap tanggal 25 Desember tanpa membedakan
hari, perayaan Paskah selalu jatuh pada hari Minggu dengan tanggal yang berbeda
setiap tahun. Meski demikian, Paskah selalu jatuh antara 22 Maret dan 25 April.
Tahun ini Paskah jatuh pada 31 Maret.
Penentuan Natal mengacu pada sistem penanggalan Matahari (solar).
Acuannya adalah waktu yang dibutuhkan Bumi untuk mengelilingi Matahari satu
putaran penuh. Adapun Paskah ditentukan berdasar sistem penanggalan
Bulan-Matahari (luni-solar), paduan sistem penanggalan Matahari dan penanggalan
Bulan.
Claus Tendering dalam Frequently Asked Question about Calendars
(2005) menyatakan secara sederhana,
perayaan Paskah jatuh pada hari Minggu pertama setelah bulan purnama pertama,
setelah Matahari melintasi titik musim semi (vernal equinox). Jika bulan
purnama jatuh pada hari Minggu, Paskah jatuh pada hari Minggu berikut.
Ketentuan yang diambil dari keputusan Konsili Nicea tahun 325 Masehi itu
dimaksudkan agar perayaan Paskah yang merupakan peringatan kebangkitan Yesus
dilaksanakan pada hari dan musim yang sama dengan saat terjadinya peristiwa itu
sekitar tahun 30 Masehi.
Saat itu, kalender Masehi yang digunakan mirip saat ini. Kalender ini
digunakan sejak tahun 45 sebelum Masehi di masa Julius Caesar sehingga disebut
kalender Julian. Hal yang membedakan adalah panjang satu tahun ketika itu
didefinisikan sebanyak 365,25 hari.
Bulan purnama yang dijadikan acuan penentuan Paskah adalah bulan purnama
(Paschal full moon), bukan bulan purnama dalam perhitungan astronomi
modern. “Bulan purnama Paskah jatuh pada hari terjadinya bulan purnama
astronomi,” kata peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Emmanuel Sungging
Mumpuni, Selasa (26/3). Dalam astronomi modern, bulan purnama merupakan satu
waktu terjadinya kesegarisan antara Bulan-Bumi-Matahari. Badan Penerbangan
Antariksa Amerika Serikat menyebut, bulan purnama astronomi pada Maret 2013
terjadi pada Rabu (27/3) pukul 09.27 waktu universal (16/27 WIB). Sesaat
sebelum dan sesudahnya, Bulan belum atau sudah melewati fase purnama walau
dalam pandangan manusia Bulan terlihat purnama.
Waktu Matahari melintasi titk musim semi berdasar Konsisli Nicea
ditetapkan pada 21 Maret setiap tahun. Dalam astronomi modern, waktu matahari
melintasi titik musim semi bervariasi antara 19-21 Maret . Data timeanddate.com
menyebut titik musim semi 2013 terjadi pada Rabu (20/3) pukul 11.02 waktu
universal atau 18.02 WIB.
Menurut Sungging, penentuan bulan purnama astronomi dan waktu matahari
melintasi titik musim semi hinggga orde menit seperti saat ini perlu kemampuan
memahami orbit Bulan, pergerakan bumi, hingga gangguan benda-benda langit lain.
Kemampuan ini belum dimiliki para astronom abad IV.
Namun, jika perhitungan modern dijadikan acuan, akan muncul kerumitan
baru soal titik acuan untuk menentukan waktu Paskah secara global akibat
perbedaan waktu antarnegara. Bulan purnama astronomi hanya terjadi pada satu
waktu tertentu sehingga hanya daerah tertentu di Bumi yang bisa mengamati.
Pada abad XVI baru disadari perayaan Paskah tidak tepat sesuai ketentuan
awal. Menurut LE Doggett dalam Calendars,
yang mengutip P Kenneth Seidelmann dalam
Explanatory Supplement to the Astronomical Almanac, mundurnya
perayaan Paskah terjadi karena titik musim yang dijadikan acuan terjadi lebih
cepat 10 hari. Artinya saat itu tanda Matahari mencapai titik musim semi sudah
terjadi, tapi waktu di kalendernya belum.
Titik musim semi merupakan penanda datangnya musim semi di belahan Bumi
utara dan musim gugur di belahan Bumi selatan. Saat ini matahari tepat berada
di atas garis khatulistiwa. Akibatnya semua tempat di Bumi memiliki panjang
waktu siang dan malam yang sama.
Dikoreksi
Untuk mengembalikan titik musim semi pada 21 Maret, Paus Gregorius XIII
meniadakan tanggal 5 Oktober-14 Oktober 1582. Setelah tanggal 4 Oktober
langsung diikuti tanggal 15 Oktober. “Hanya mengubah angka tidak mengubah
harinya, “kata dosen sistem kalender Program Studi Astronomi Institut Teknologi
Bandung, Moedji Raharto.
Selain itu, panjang satu tahun dikoreksi dari 365,25 hari menjadi
365,2425 hari. Ini dilakukan karena belakangan diketahui panjang satu tahun
Matahari 365,2422 hari. Kelebihan 0,0078 hari baru terasa dalam jangka panjang.
Setiap 128 tahun, jumlah hari kelebihan satu hari.
Ketentuan tahun kabisat pun diubah. Jika semula tahun kabisat adalah
tahun yang habis dibagi empat, sistem yang baru ditambah dengan ketentuan tahun
yang habis dibagi 400 untuk tahun kelipatan 100.
Untuk mengenang jasa Paus Gregorius XIII, kalender sistem baru ini
dinamai kalender Gregorian. Kalender digunakan di seluruh dunia hingga kini.
Namun, sisitem ini tidak diadopsi langsung oleh semua negara. Bahkan,
Gereja Ortodoks di sejumlah negara tetap menggunakan sistem kalender Julian.
Alhasil, waktu Paskah Gereja Ortodoks umumnya lebih lambat dibandingkan dengan
Gereja Katolik atau Kristen Protestan.
Jika mengacu pada kalender
Julian, Paskah Gereja Ortodoks jatuh antara 22 Maret-25 April. Namun jika
dikonversi dalam kalender Gregorian, Paskah Gereja Ortodoks jatuh pada tanggal
3 April-10 Mei.
SUMBER: HARIAN KOMPAS, KAMIS, 28 MARET 2013 ; www.assa.org.au
Tidak ada komentar:
Posting Komentar