Cirebon dikenal sebagai sebuah kota yang memproduksi beras dan gula, maka dari itu Cirebon menjadi sebuah wilayah yang kemudian terintegrasi dengan jalur pelayaran dan perdagangan di Nusantara, sejak sebelum dan sesudah penguasaan kolonial Belanda. Faktor luar (eksternal) berupa terintegrasinya Cirebon kedalam mata rantai perdagangan internasional memberikan implikasi berupa perubahan dan penyesuaian struktur dalam (internal) masyarakat Cirebon.
Pencatatan tentang kependudukan di Cirebon pada awal abad ke-19 dapat diketahui setelah Daendels membuat keputusan tentang reorganisasi daerah Cirebon pada 1809 yang selanjutnya membagi Cirebon menjadi tiga wilayah. Masing-masing wilayah tersebut dipimpin oleh para sultan. Pembagian wilayah dan jumlah penduduk serta penguasa masing-masing wilayah di Cirebon pada 1809.
Setelah kekuasaan Daendels atas Jawa berakhir maka kekuasaan tersebut pun beralih ke tangan Raffles. Raffles membuat pendataan terhadap jumlah penduduk di Jawa untuk kepentingan pelaksanaan Sistem Pajak Tanah. Hasil dari perhitungan tersebut telah diketahui bahwa pada 1812 penduduk di Keresidenan Cirebon berjumlah 160.100 jiwa dan kemudian pada 1815 jumlah penduduk di Cirebon bertambah menjadi 216.001 jiwa, namun perhitungan 1815 tersebut hanya mencakup divisi Cirebon saja[2] . Berdasarkan pendataan tersebut jumlah kependudukan di Cirebon telah menunjukkan peningkatan dalam periode 1812 hingga 1815.
Kekuasaan para penguasa Cirebon berakhir ketika Thomas Stamford Raffles mempensiunkan para penguasa Cirebon itu dengan memberikan uang pensiun. Sejak itu, Kesultanan Cirebon tidak pernah berperan lagi dalam bidang politik dan pemerintahan di Cirebon langsung dilakukan oleh Inggris. Di bawah pemerintahan Inggris, Cirebon dibagi ke dalam 13 divisi, yaitu Bengawan, Cirebon, Ciamis, Cikaso, Linggrajati, Gebang, Lossari, Kuningan, Talaga, Sindangkasih, Rajagaluh, Panjalu, dan distrik hutan (Raffles, 1988: hal. 254-255).
Pada 1920 kepadatan penduduk di Sindanglaut dan Losari (Ciledug) mencapai 615 dan 632 tiap kilometer persegi. Hal ini menjadi menarik karena tekanan atas tanah agraria seakan menjadi pemacu meningkatnya kepadatan penduduk di dua daerah tersebut. Hal ini dapat dilihat pada perkembangan kependudukan di daerah yang sama pada sepuluh tahun berikunya, seperti yang terdapat di daerah Losari jumlah penduduknya meningkat menjadi 754 tiap kilometer persegi. Sementara itu pada 1940 daerah Sindanglaut memiliki jumlah penduduk yang telah meningkat menjadi 730 per km2, sedangkan penduduk Losari meningkat menjadi 910 per km2 (Terra dalam Breman, 1986: 48).
Proses interaksi dan dinamika antara penduduk asli dalam jangka waktu yang panjang dengan pendatang memberikan impilikasi terhadap perubahan dan pengembangan nilai-nilai, system pengetahuan, hingga mode produksi daerah Cirebon. Sejak abad ke-19 hingga abad ke-20 perubahan tersebut tidak hanya terjadi pada level basic struktur dan suprastruktur suatu daerah, dengan munculnya pemukiman baru yang pada sebuah kota dagang maka kota tersebut mulai dihuni oleh orang-orang Eropa, China dan Arab. Perubahan ekologis tersebut juga diikuti dengan perubahan fisik kota dan daerah disekitarnya seperti pembangunan jalan, gedung-gedung perkantoran, rumah-rumah ibadah, sekolah, tokotoko dan sebagainya (Wertheim, 1999: 138-143; Kuntowijoyo, 2003: 65-66).
Ketika kekuasaan atas Jawa kembali ke tangan Belanda, maka pendataan mengenai kependudukan pun masih terus dilakukan. Seperti yang telah tercatat pada sumber-sumber pemerintah kolonial pada 1820 hingga 1864 jumlah penduduk di Keresidenan Cirebon mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pertambahan jumlah penduduk di Keresidenan Cirebon pada kurun waktu tersebut disebabkan oleh pemberlakuan Sistem Tanam Paksa yang memang selalu membutuhkan jumlah pekerja yang sangat banyak untuk perkebunan-perkebunan dan pabrik-pabrik setempat. Data-data mengenai kependudukan tersebut kemungkinan tidak terlalu akurat dengan kondisi yang sebenarnya karena berbagai macam faktor. Namun perkembangan penduduk di Keresidenan Cirebon cenderung mengalami peningkatan dari tahun-tahun berikutnya selama pelaksanaan Sistem Tanam Paksa. Seperti halnya menurut laporan Umbgrove dalam Breman (1986: 47), yang menyatakan bahwa dalam beberapa dasawarsa setelah Sistem Tanam Paksa dilaksanakan di Keresidenan Cirebon, maka daerah itu pun berkembang semakin pesat dan menjadi pemukiman padat penduduk. Hal itu dimungkinkan sebagai akibat dari penanaman tebu yang meluas dan pesat.
Pertumbuhan pada masyarakat Cirebon memasuki akhir abad ke-19 ini akan dilihat sebagai sebuah dampak dari perubahan bentuk mode produksi masyarakat tradisional subsisten menuju bentuk masyarakat industrialis modern.
Menurut buku Ensiklopedia Hindia-Belanda yang diterbitkan pada awal abad ke-20, Cirebon disebutkan memiliki luas 5626 km2 dengan terbagi atas 2 wilayah Afdelling, 6 wilayah distrik dan 21 onderdistrik. Sementara itu mengenai jumlah penduduk pada tahun 1905 kota Cirebon memiliki jumlah penduduk sebesar 71.000 jiwa yang terdiri dari 500 orang Eropa, 3.500 orang Thionghoa, 1.100 orang Arab dan 170 orang Asia Timur, sementara itu sisanya adalah penduduk pribumi. Menurut sumber yang berbeda pada tahun 1930 kota Cirebon memiliki jumlah penduduk sebesar 2.069.569 jiwa yang terdiri dari 3.395 orang Eropa, 32.055 orang Thionghoa, 4.796 orang Arab dan sisanya penduduk pribumi (Wahid, 2009: 26; The Encyclopedia of Nederlandsch Indie : 1937).
YASIN GYPSY
Pemulung aksara. Memungut yang tercampak dan terbuang
Sabtu, 04 Juni 2016
Senin, 09 Desember 2013
ALEXANDER GRAHAM BELL (3 MARET 1847-2 AGUSTUS 1922)
Bell (panggilan untuk Alexander Graham Bell) dikenal sebagai
penemu telepon, alat yang merupakan hasil karya teknologi terbesar abad XX.
Bell lahir pad 3 Maret 1847, di Edinburgh, Skotlandia. Ia menempuh pendidikan
di Universitas Edinburgh dan London. Pada tahun 1870, ia bermigrasi ke Kanada
dan menuju ke Amerika Serikat pada tahun 1871.
Di Amerika Serikat, ia mulai mengajar penderita bisu tuli.
Kemudian, ia mempublikasikan sistem pengajaran yang disebut “ujaran yang dapat
dilihat” yang pernah dikembangkan oleh ayahnya, Alexander Melville Bell. Sistem
itu memperlihatkan bagaimana bibir, lidah, dan tenggorokan digunakan untuk
menghasilkan bunyi. Tahun 1872, Bell mendirikan sekolah untuk melatih guru tunarungu
di Boston, Massachusset. Kemudian, sekolah itu menjadi bagian dari Universitas
Boston, tempat Bell diangkat sebagai profesor bidang fisiologi vokal. Dia
beralih menjadi warga negara Amerika pada tahun 1882.
Sejak berusia 18 tahun, Bell telah tertarik pada gagasan
“berbicara jarak jauh”. Tahun 1874, saat bekerja di kantor telegraf, dia
mengembangkan gagasan dasar telepon. Telepon pertama ditemukan oleh Bell, pada
1875. Alat ini terdiri atas gulungan kabel, lengan magnetik, dan selaput yang
tegang. Setiap bunyi akan membuat selaput bergetar. Hal itu juga akan
menggetarkan lengan magnetik. Gerakan magnet menyebabkan gerakan aliran listrik
dalam gulungan kabel. Sinyal ini dapat diubah menjadi bunyi oleh alat lain yang
sejenis di ujung lainnya.
Eksperimen yang dia lakukan bersama asistennya, Thomas
Watson, akhirnya, mencapai hasil pada 10 Maret 1876. Kalimat lengkap pertama
dikirimkan, yaitu “Watson, kemari, saya perlu kamu”. Keberhasilan itu
dilanjutkan dengan memperkenalkan telepon kepada dunia pada Pameran Seratus
Tahun di Philadelphia, Pennsylvania, tahun 1876. Bell juga mengumumkan dirinya
adalah pemimpin perusahaan telepon Bell tahun 1877.
Tahun 1880, Prancis memberikan anugerah Volta kepada Bell,
bernilai 50.000 franc, untuk penemuan telepon. Dengan uang hadiah itu, ia
mendirikan Laboratorium Volta di Washington D.C. Pada tahun yang sama, Bell dan
teman-temannya menemukan fotopon (Photophone) yang memancarkan bunyi
ujaran melalui sinar cahaya. Penemuan lain, adalah audiometer (digunakan untuk
mengukur ketajaman pendengaran), keseimbangan induksi (digunakan untuk mencari
objek logam dalam tubuh manusia), dan silinder rekaman yang terbuat dari bahan lilin
pertama (diperkenalkan tahun 1886). Silinder, bersamaan dengan cakram (disc)
lilin, merupakan bentuk dasar ponograf modern.
Setelah tahun 1895, minat Bell berubah. Ia lebih banyak
menekuni bidang aeronautika (ilmu penerbangan). Banyak penemuannya dalam bidang
ini yang diujicobakan di dekat vila musim panas miliknya di Nova Scotia,
Kanada. Hasil pengkajiannya dalam bidang penerbangan dimulai dengan membuat
layang-layang besar. Pada tahun 1907, ia melengkapi layang-layangnya agar dapat
mengangkut orang. Bersama dengan sekelompok ahli, termasuk penemu dan pakar
bidang penerbangan, Glenn Hammond Curiss, Bell mengembangkan aileron,
bagian sayap pesawat terbang yang mengendalikan perputaran.
Mereka juga mengembangkan tiga buah roda gigi untuk
pendaratan, yang memungkinkan untuk meninggalkan dan mendarat pada landasan
penerbangan. Kemudian Bell dan
kelompoknya mencoba menerapkan prinsip-prinsip bidang aeronautica terhadap
mesin motor tempel yang digunakan di atas air. Mesin kapal motornya dinamakan hydrofoil,
yang mampu berjalan di atas air dengan kecepatan tinggi. Hasil akhir
“hydrodrome”, yang dikembangkan tahun 1917, mampu mencapai kecepatan 113
km/jam. Selama kurun waktu yang cukup lama, alat itu menjadi kapal motor
tercepat di dunia.
Bell terus berkarya. Ia melanjutkan pengkajian terhadap
penyebab dan faktor keturunan penyakit tuli yang menghasilkan
percobaan-percobaan dalam hal genetika, termasuk pengembangbiakan biri-biri.
Tahun 1918, ia menerbitkan buku, bersama dengan Longevity, tentang kondisi masa
kehidupan (Duration of Life and Conditions). Bell meninggal pada 2
Agustus 1922, di Baddeck, Kanada. Tempat ini kemudian menjadi museum yang
dipelihara oleh pemerintah Kanada. Museum itu berisi penemuan-penemuan asli
semasa hidup Bell.
Sumber: Microsoft Encarta Reference Library,
2003, dengan pengubahan
Minggu, 08 Desember 2013
LEBIH JAUH DENGAN DIDIK NINI THOWOK
Sampai tahun 1995, penari Didik Nini Thowok (49 tahun) telah
memiliki 19 orang guru. Kini, lelaki kelahiran Temanggung, Jawa Tengah ini,
setidaknya telah berguru kepada 23 orang. Ia mencatat pertama kali belajar
menari Jawa, tahun 1966, saat usianya 12 tahun, ia dibimbing oleh Sumiasih. Bahkan,
pada usia 15 tahun, ia diajar menari Bali oleh pemain Ketoprak yang juga tukang
cukur bernama Soegiyanto.
Setelah kuliah di ASTI (Akademi Seni Tari Indonesia),
Yogyakarta, sekarang ISI (Institut Seni Indonesia), Didik yang bernama asli
Didik Hadiprayitno, seperti haus belajar tari kepada para maestro. Kemudian, ia
berguru kepada Ni Ketut Sudjani (Temanggung), I Gusti Gde Raka (Bali), Rasimoen
(Malang), Sawitri (Cirebon), Ni Ketut Reneng (Bali), Kamini (Surakarta), Bagong
Kussudiardjo (Yogyakarta), BRA Yodonegoro (Yogyakarta), Sangeeta (India),
Richard Emmert (Jepang), Sadamu Omura (Jepang), Jetty Roels (Belgia), Gojo
Masanosuke (Jepang), serta beberapa nama maestro lain dari berbagai negara.
Tak heran jika putra pertama dari pasangan
Hadiprayitno-Suminah ini menguasai beragam tari, terutama yang berbasis pada tradisi. Menariknya, sejak ia melejit
lewat tari Nini Thowok, pada 1975, Didik memutuskan untuk terus menarikan
tarian putri dengan warna komedi yang kental. Sejak itu, barangkali, Didik
menjadi satu-satunya penari lelaki yang sangat serius menekuni tari-tarian
putri.
Banyak kesenian rakyat kita menunjukkan tarian perempuan diperankan
laki-laki atau sebaliknya. Sebagai contoh, Sintren, Lais, dan Wari Lais di
Cirebon atau Gandrung di Bali, Bissu di Makassar, Bedhoyo Kakung di (Keraton) Yogyakarta,
dan Ludruk di Jawa Timur. Di Jepang, dikenal dengan nama Kabuki.
Konon, dalam seni tradisi, pemeranan tokoh lelaki oleh
perempuan bertujuan menghindari kekisruhan karena lelaki yang memerankan
Arjuna, misalnya, selalu jadi idola. Hampir semua tokoh-tokoh dalam Topeng
Cirebon adalah lelaki, sedangkan kebanyakan penarinya adalah perempuan. Di
Yogyakarta, baru-baru ini ada rekonstruksi tentang Tari Bedhoyo Semang, tari
sakral yang ditarikan laki-laki. Konon pula, kalau tarian ini ditarikan
perempuan, akan ada hambatan. Namun, sebenarnya hal itu untuk menghindari
kalau-kalau perempuan penari sedang menstruasi, istilahnya kotor, karena tarian
ini merupakan tarian yang sakral. Oleh karena itu, laki-lakilah yang
menarikannya.
Nama Nini Thowok sebenarnya berasal dari dari sebuah
koreografi yang diciptakan Bekti Budi Hastuti, yang tak lain senior Didik di
ASTI Yogyakarta. Dalam komposisi ini, Didik berperan sebagai perempuan dukun
tua bernama Nini Thowok, yang setiap saat ketiban musibah, misalnya kondenya
yang selalu lepas. Itu merupakan bagian dari tarian.
Sejak itulah, Didik sadar bahwa dia lebih cocok menarikan
tarian perempuan dengan corak komedi. Kemudian, Didik menarikan karya ini dari kampus
ke kampus, sampai-sampai, ia dikenal sebagai Didik Nini Thowok.
Tahun 1999, cerita Didik, ia pernah ditanggap oleh sebuah
hotel di Yogyakarta untuk menari. Sejak itulah, pertama kalinya ia pentas bersama
dengan kesenian Nini Thowok yang asli dari Purworejo. “Ini pakai nyurup
segala. Ngeri juga karena harus ada dukunnya untuk memanggil roh agar masuk ke
dalam boneka,” Kata dia. Dalam tarian itu, Didik menembang Jawa untuk
mengundang roh Nini Thowok. Dalam kesempatan ngobrol dengan rombongan
dari Purworejo, Didik diberi tahu bahwa sebenarnya kata yang benar adalah Nini Towong. Nini artinya
perempuan, kata towong berasal dari ngento-ento yang artinya menyerupai,
dan wong itu orang. Jadi, artinya boneka perempuan yang menyerupai
manusia. “Tapi ya, sudah, saya sudah bertahun-tahun pakai Nini Thowok. Nanti, kalau
diganti Thowong, malah kesurupan... ha-ha-ha,” kata Didik.
Kemudian, ia juga melahirkan karya-karya penuh humor,
seperti Tari Dwimuka (1987), Kuda Putih (1987), Dwimuka Jepindo (1999), Topeng
Nopeng (1988), Topeng Walang Kekek (1980), serta ratusan karya lainnya.
Karyanya yang masih sering dibawakan sampai sekarang adalah Tari Dwimuka. Tari
itu masih mengundang decak kagum terhadap gerakan dan polah tingkah para tokoh
yang dimainkan Didik di panggung. Tahun 1980, Didik mendirikan sanggar tari
bernama Natya Lakshita, artinya, tari yang berciri.
Tari telah menjadi pilihan hidup Didik. Hal itu dirasakannya
sejak ia akan mulai kuliah. “Ya, tepatnya saat saya masuk ASTI tahun 1974.
Padahal, kalau cita-cita awalnya, kan jadi pelukis. Saya mau kuliah di ASRI
(Akademi Seni Rupa Indonesia, red), Yogyakarta. Tapi Bapak saya bangkrut. Kan
Bapak kerja sebagai pengumpul kulit. Masuk ASRI itu perlu banyak biaya untuk
membeli peralatan. Karena saya sudah menari sejak kecil dan menjadi guru tari
saat tamat SMA, saya teruskan ke ASTI.”
Saat kuliah di ASTI, Didik tinggal di rumah dosennya, Ngurah
Suparta. Setiap pukul 05.00, ia dibangunkan untuk berlatih menari Bali.
Sepanjang tahun 2004, ia melakukan perjalanan ke beberapa kota
di mancanegara (Tokyo, San Fransisco, Washington, Vancouver, Berlin, Barcelona,
dan beberapa kota di Inggris). Didik juga mengadakan festival di Yogyakarta.
Dalam acara itu, ia mengundang para penari dari Jepang, India, dan Cina.
Sabtu, 07 Desember 2013
DIESEL RAMAH LINGKUNGAN
Mesin diesel modern tidak saja memberikan keiritan secara
ekonomi, tetapi juga keheningan dan kinerja yang semakin baik. Meskipun sudah
dilakukan pengembangan dalam kinerjanya, diesel masih saja menimbulkan polutan
yang kotor. Kini, beberapa peneliti mencoba membuang asap hitam yang dengan
setia mengepul dari lubang knalpot kendaraan bermesin diesel.
Permasalahan mobil diesel terjadi di kawasan Amerika Utara.
Gara-gara emisi nitrogen oksida (NOx) diesel melewati ambang batas yang
ditetapkan oleh negara bagian California, mobil diesel tidak memperoleh tempat
di kawasan Amerika Utara. Hal itu diberitakan Kompas, 17 September 2002,
pada liputan khusus mengenai otomotif . Memang hanya California yang membatasi
kadar Nox tadi, tetapi regulasi ini ternyata melampaui batas negara. Hal ini
berbeda dengan kawasan Eropa yang tidak memiliki regulasi serupa sehingga mobil
bermesin diesel cukup populer di kawasan itu.
Peralatan yang bisa membersihkan gas buang diesel dengan
lebih efektif tentunya membuat pasar tergiur. Permasalahannya adalah gas buang
diesel tidak bisa dibersihkan dengan catalytic converter yang
konvensional. Terlalu banyak oksigen dapat merusak katalis. Peneliti mencoba
mengatasi hal itu dengan memasukkan plasma (gas yang bermuatan listrik). Dalam
sebuah ruang (chamber), catalytic converter yang dicantelkan di lubang
pengeluaran dengan cepat menggetarkan medan listrik. Proses itu akan
mengubah molekul oksigen menjadi ion yang membantu mencetuskan reaksi kimia di
saluran pembuangan. Kemudian, proses selanjutnya terjadi di sistem pembuangan.
Dengan demikian catalytic converter tuntas melakukan tugas
bersih-bersihnya.
Beberapa perusahaan bertaruh bahwa sebelum tahun 2007 sistem
plasma seperti itu bisa dipasang di mobil bermesin diesel untuk membakar smog
yang menimbulkan nitrogen oksida dan partikulat yang merusak kesehatan. Saat
itu, standar baru emisi diesel akan diberlakukan, dengan syarat sebersih mesin
bensin. “Hal itu menjadi tujuan dari penelitian intensif di seluruh dunia,
untuk menjadi yang pertama sebagai pintu gerbang untuk menurunkan emisi diesel,” kata Barry Bhatt, manajer
sistem plasma Noxtech di Irvine, California.
Pada Desember tahun lalu, NoxTech menyatakan, perusahaannya
bisa menurunkan 94 % nitrogen oksida pada uji laboratorium. NoxTech
merencanakan melakukan uji coba sistem plasma di lapangan pada musim semi. Ada
banyak pesaing NoxTech,seperti konsorsium
DaimlerChrysler, General Motors, dan Ford Motor, serta Delphi Automotive
System yang berbasis di Troy, Michigan-Menggandeng
pabrik mobil Prancis Peugeout Citroen-yang mencoba meluncurkan produk itu ke
pasar tahun 2005
Menurut John Fairbanks, manajer program disel bersih
Departemen Energi Amerika, pendekatan plasma ini merupakan pilihan teknologi
yang bagus bagi sistem pembuangan diesel keluaran tahun 2007 untuk truk kecil ,
SUV, atau pick up. Hanya saja ada kendala yang cukup besar: teknologi
ini mahal. Namun, Daniel Cohn, fisikawan di Pusat Fusi dan Ilmu Plasma Institut
Teknologi Massachussets (MIT), menyatakan, harga bisa turun dengan menggunakan chamber
yang lebih kecil dan suplai tenaganya dibuat sederhana. “Plasmatron”, begitu ia
menyebut temuannya, menghasilkan gas kaya hidrogen dari campuran udara dan
bahan bakar diesel. Gas ini kemudian diinjeksikan ke dalam catalys yang
kemudian menjebak nitrogen dioksida. Gas hidrogen bereaksi dan membuang
nitrogen oksida.
Akhir tahun kemarin, pembuat komponen kendaraan
ArvinMeritor-juga berbasis di Troy, Michigan-melakukan kesepakatan dengan pihak
MIT untuk mengembangkan plasmatron lebih lanjut. Siapa pun yang akan memenangi
persaingan dalam meghasilkan diesel yang lebih bersih, pemenang sejati adalah pengendara
dan lingkungan tentunya.
Senin, 02 Desember 2013
SISI RELIGI SEPAK BOLA
Oleh: ANTON SANJOYO
Banyak yang meragukan jika Diego Armando Maradona adalah
santo, orang suci. Namun, di Napoli, legenda Argentina itu memang dianggap
santo, dan orang Napoli tidak pernah peduli apakah orang Katolik lainnya setuju
atau tidak. Di Napoli, hubungan antara Maradona dan penduduk kota begitu dekat,
sedekat hubungan mereka dengan gereja. Ini karena Maradona bukan sekadar pemain
bola atau sekadar bintang. Dialah yang mengangkat Napoli dari “penindasan”
sepak bola, bahkan Maradona dianggap “nabi” pembebas dari penjajahan sosial.
Sebelum Maradona datang ke Napoli tahun 1980-an, penduduk
kota ini merasa menjadi kelas dua di Italia. Berada di bagian selatan Italia
yang relatif lebih miskin ketimbang saudaranya di utara, Napoli menemukan jati
diri ketika Maradona membawa mereka menjadi juara Liga serie A. Ini adalah
“proklamasi kemerdekaan” Napoli dari penindasan sosial kota di utara yang lebih
makmur terutama Milan dan Roma, dua kota yang dianggap pusat peradaban Italai
dan dunia.
Faktor Maradona pula yang membuat penduduk Napoli sempat
dicibir sebagai bangsa Italia lainnya. Saat kesebelasan Argentina tampil di
semufinal Piala Dunia 1990 melawan Gli Azzuri Italia di Stadion San Paolo,
Napoli, seisi stadion justru memihak Argentina. Celakanya lagi, Argentina
menang dan melaju ke final sebelum “dicurangi” Juergen Klinsmann dan kalah oleh
gol penalti Andreas Brehme. Saat Maradona menangis seusai kekalahan melawan Jerman,
media Italia menulis, “kesedihan dan air mata Maradona juga dirasakan warga
Napoli yang tidak berhenti berdoa sepanjang laga...”
Meski kemudian Maradona jatuh dalam jurang narkoba dan
beberapa kali dirawat akibat overdosis, kecintaan warga Napoli tidak pernah
luntur. Ketika dia dipulangkan dari Piala Dunia 1994 Amerika Serikat akibat
mengkonsumsi narkoba, beberapa gereja di Napoli menggelar misa khusus untuk
keselamatan Maradona.
Seperi halnya Maradona, Paus Fransiskus juga orang
Argentina. Dia menjadi orang Amerika Latin pertama yang menjadi pemimpin
tertinggi Gereja Katolik setelah Paus Benediktus XVI turun dari Takhta Suci
Vatikan. Saat masih sebagai kardinal, Paus Fransiskus dikenal sebagai Jorge
Mario Bergoglio. Punya darah Italia dan lahir di Buenos Aires, Papa Fransiskus
adalah pendukung setia klub San Lorenzo de Almagro, tim yang berkompetisi di
Divisi Primer Argentina.
Saat dilantik menjadi Paus, pendukung San Lorenzo yang
paling gembira. Mereka sempat menyanyikan lagu-lagu gereja menjelang
pertandingan melawan Colon untuk merayakan duduknya Bergoglio di Takhta Suci
Vatikan. Bukan hanya itu, sejak Paus Fransiskus menjadi gembala utama umat
Katolik, foto Bergoglio terpampang di kostum San Lorenzo, tepat berada di dada,
di samping lambang klub. Ditambah tulisan “Papa Francisco”, klub ini
benar-benar merayakan kedekatan batinnya dengan Paus baru yang punya nomor
88235 dalam daftar fans club San Lorenzo.
Pencantuman foto, meskipun seorang Paus, sebenarnya
melanggar peraturan FIFA mengenai kostum. FIFA cukup ketat mengatur hal ini
karena khawatir sepak bola dipolitisasi untuk kampanye tertentu, terutama
politik. Peraturan ini masih sejenis dengan peraturan mengenai pemain yang
tidak boleh membuka kostum saat merayakan gol karena dikhawatirkan mereka
mengkampanyekan politik lewat tulisan atau gambar di baju dalamnya.
Namun, kasus foto Papa Francisco memang unik, dan sejauh ini
belum ada tanggapan apa pun dari FIFA. FIFA kemungkinan besar berhati-hati,
menyikapi kasus ini karena pelanggaran San Lorenzo kemungkinan besar dianggap
bukan pelanggaran serius, selain juga karena berhubungan dengan perayaan
religi.
Klub San Lorenzo sendiri sangat dekat hubungannya dengan
Gereja Katolik. Nama klub itu bahkan diambil dari nama Lorenzo Massa, pastor
yang menjadi pendiri klub. Pastor Lorenzo mendirikan klub ini karena prihatin
melihat begitu banyak remaja yang main bola di jalanan tanpa ada pembimbing.
Lorenzo lalu mengundang mereka ke halaman gereja yang luas untuk bermain bola
dan membentuk sebuah perkumpulan yang sekarang bernama San Lorenzo de Almagro.
Di banyak negara di Eropa, Gereja juga menjadi cikal bakal
sebuah klub. Di Inggris, kisahnya dimulai sekitar 130 tahun lalu. Klub Everton
misalnya, didirikan oleh Gereja Methodis Santo Domingus pada 1878. Sementara
klub Manchester City yang kini dipunyai juragan dari tanah Arab didirikan oleh
Gereja Santo Markus.
Namun, jika di Argentina klub seperti San Lorenzo ini
hubungannya dengan Gereja masih sangat kuat, tidak begitu dengan Everton dan
Manchester City. Relasi dengan gereja hanya tinggal sejarah, dan mereka kini
tumbuh benar-benar sebagai klub profesional tanpa punya akar yang kuat kepada
Gereja. Meski demikian, fenomena ini masih lebih baik ketimbang fenomena
permusuhan antara klub Glasgow Celtic dan Glasgow Rangers yang bernuansa
sektarian agama. Dua klub di ibu kota Skotlandia itu benar-benar dipisahkan
keyakinan agama. Celtic didukung penganut Katolik, sedangkan Rangers disokong
penganut Protestan. Sebuah basis dukungan yang benar-benar absurd untuk tolok
ukur sepak bola modern.
Di luar Glasgow, beruntung kita masih bisa menyaksikan
hubungan yang begitu dalam antara religi dan sepak bola. Pada banyak
kesempatan, kita melihat pemain Muslim tetap menjalankan ibadah puasa meski
tetap harus bertanding bagi klubnya terutama di kompetisis Eropa. Pemain
seperti Yaya Toure, Kolo Toure, dan Samir Nasri tetap berpuasa pada bulan suci
Ramadhan.
Pemain Sevilla, Freddie Kanoute, pernah menolak memakai
kostum timnya yang disponsori sebuah rumah judi. “ Agama saya melarang judi.
Saya tidak mau menanggung akibatnya di akhirat,” ujar Kanoute.
Sumber: Harian Kompas, Kamis, 28 Maret 2013
Sabtu, 30 November 2013
TERJUN PAYUNG PERTAMA DARI BALON UDARA
Pada 22 Oktober 1797, pembuat balon dan penemu payung tanpa rangka asal Perancis, Andre-Jacques Garnerin, menjadi orang pertama yang terjun payung dari balon udara. Ia menggunakan payung sutera dan terjun di Parc Monceau, Paris, Perancis.
Garnerin adalah murid Jacques Charles, profesor yang merintis penggunaan balon. Bersama dengan saudaranya Jean-Baptiste-Olivier Garnerin, ia terlibat dalam sejumlah upaya penerbangan dengan balon udara panas. Garnerin secara berkala melakukan pengujian dan peragaan di Parc Monceau sejak 1797.
Ia sempat mengundang perhatian karena mengumumkan pada 1798 bahwa penerbangan berikutnya akan mengikutsertakan seorang perempuan sebagai penumpang. Meski didukung publik dan pers, ia dipaksa melakukan dengar pendapat dengan pihak berwajib untuk menjelaskan proyeknya. Meski sempat dilarang, Garnerin kemudian diperkenankan melanjutkan proyeknya. Citoyenne Henri dipilih untuk menjadi perempuan pertama yang terbang dengan balon udara pada 8 Juli 1798.
Garnerin adalah murid Jacques Charles, profesor yang merintis penggunaan balon. Bersama dengan saudaranya Jean-Baptiste-Olivier Garnerin, ia terlibat dalam sejumlah upaya penerbangan dengan balon udara panas. Garnerin secara berkala melakukan pengujian dan peragaan di Parc Monceau sejak 1797.
Ia sempat mengundang perhatian karena mengumumkan pada 1798 bahwa penerbangan berikutnya akan mengikutsertakan seorang perempuan sebagai penumpang. Meski didukung publik dan pers, ia dipaksa melakukan dengar pendapat dengan pihak berwajib untuk menjelaskan proyeknya. Meski sempat dilarang, Garnerin kemudian diperkenankan melanjutkan proyeknya. Citoyenne Henri dipilih untuk menjadi perempuan pertama yang terbang dengan balon udara pada 8 Juli 1798.
KOMPUTER DIGITAL ELEKTRONIK PERTAMA DIPUTUSKAN PENGADILAN
Tanggal 19 Oktober 1973, keputusan hakim Earl R Larson tentang perseteruan antara Honeywell Inc dan Sperry Rand Corp dipublikasikan dalam sebuah dokumen berjudul Finding of Fact, Conclusions of Law, and Order for Judgement setebal 248 halaman.
Perseteruan tersebut adalah tentang siapa penemu komputer digital elektronik pertama. Kerap disebutkan bahwa John Mauchly dan John Presper Eckert yang mengembangkan komputer ENIAC (Electrical Numerical Integrator And Calculator) pada 1946 merupakan perintis komputer.
Namun, sebenarnya adalah John Atanasoff dan Clifford Berry yang merancang komputer antara tahun 1939-1941, yang disebut ABC (Atanasoff-Berry Computer). Mauchly bertemu dengan Atanasoff beberapa kali antara tahun 1940-1943 tanpa menyebutkan bahwa ia sendiri sedang mengembangkan proyek komputer dan kemudian mematenkan lebih dahulu pada tahun 1947.
Pada tahun 1973, hakim Larson memutuskan bahwa Atanasoff yang berhak disebut sebagai penemu komputer dan membatalkan paten ENIAC.
Perseteruan tersebut adalah tentang siapa penemu komputer digital elektronik pertama. Kerap disebutkan bahwa John Mauchly dan John Presper Eckert yang mengembangkan komputer ENIAC (Electrical Numerical Integrator And Calculator) pada 1946 merupakan perintis komputer.
Namun, sebenarnya adalah John Atanasoff dan Clifford Berry yang merancang komputer antara tahun 1939-1941, yang disebut ABC (Atanasoff-Berry Computer). Mauchly bertemu dengan Atanasoff beberapa kali antara tahun 1940-1943 tanpa menyebutkan bahwa ia sendiri sedang mengembangkan proyek komputer dan kemudian mematenkan lebih dahulu pada tahun 1947.
Pada tahun 1973, hakim Larson memutuskan bahwa Atanasoff yang berhak disebut sebagai penemu komputer dan membatalkan paten ENIAC.
Langganan:
Postingan (Atom)