Sabtu, 04 Juni 2016

HISTORIKAL CIREBON

Cirebon dikenal sebagai sebuah kota yang memproduksi beras dan gula, maka dari itu Cirebon menjadi sebuah wilayah yang kemudian terintegrasi dengan jalur pelayaran dan perdagangan di Nusantara, sejak sebelum dan sesudah penguasaan kolonial Belanda. Faktor luar (eksternal) berupa terintegrasinya Cirebon kedalam mata rantai perdagangan internasional memberikan implikasi berupa perubahan dan penyesuaian struktur dalam (internal) masyarakat Cirebon.

Pencatatan tentang kependudukan di Cirebon pada awal abad ke-19 dapat diketahui setelah Daendels membuat keputusan tentang reorganisasi daerah Cirebon pada 1809 yang selanjutnya membagi Cirebon menjadi tiga wilayah. Masing-masing wilayah tersebut dipimpin oleh para sultan. Pembagian wilayah dan jumlah penduduk serta penguasa masing-masing wilayah di Cirebon pada 1809.

Setelah kekuasaan Daendels atas Jawa berakhir maka kekuasaan tersebut pun beralih ke tangan Raffles. Raffles membuat pendataan terhadap jumlah penduduk di Jawa untuk kepentingan pelaksanaan Sistem Pajak Tanah. Hasil dari perhitungan tersebut telah diketahui bahwa pada 1812 penduduk di Keresidenan Cirebon berjumlah 160.100 jiwa dan kemudian pada 1815 jumlah penduduk di Cirebon bertambah menjadi 216.001 jiwa, namun perhitungan 1815 tersebut hanya mencakup divisi Cirebon saja[2] . Berdasarkan pendataan tersebut jumlah kependudukan di Cirebon telah menunjukkan peningkatan dalam periode 1812 hingga 1815.

Kekuasaan para penguasa Cirebon berakhir ketika Thomas Stamford Raffles mempensiunkan para penguasa Cirebon itu dengan memberikan uang pensiun. Sejak itu, Kesultanan Cirebon tidak pernah berperan lagi dalam bidang politik dan pemerintahan di Cirebon langsung dilakukan oleh Inggris. Di bawah pemerintahan Inggris, Cirebon dibagi ke dalam 13 divisi, yaitu Bengawan, Cirebon, Ciamis, Cikaso, Linggrajati, Gebang, Lossari, Kuningan, Talaga, Sindangkasih, Rajagaluh, Panjalu, dan distrik hutan (Raffles, 1988: hal. 254-255).

Pada 1920 kepadatan penduduk di Sindanglaut dan Losari (Ciledug) mencapai 615 dan 632 tiap kilometer persegi. Hal ini menjadi menarik karena tekanan atas tanah agraria seakan menjadi pemacu meningkatnya kepadatan penduduk di dua daerah tersebut. Hal ini dapat dilihat pada perkembangan kependudukan di daerah yang sama pada sepuluh tahun berikunya, seperti yang terdapat di daerah Losari jumlah penduduknya meningkat menjadi 754 tiap kilometer persegi. Sementara itu pada 1940 daerah Sindanglaut memiliki jumlah penduduk yang telah meningkat menjadi 730 per km2, sedangkan penduduk Losari meningkat menjadi 910 per km2 (Terra dalam Breman, 1986: 48).

Proses interaksi dan dinamika antara penduduk asli dalam jangka waktu yang panjang dengan pendatang memberikan impilikasi terhadap perubahan dan pengembangan nilai-nilai, system pengetahuan, hingga mode produksi daerah Cirebon. Sejak abad ke-19 hingga abad ke-20 perubahan tersebut tidak hanya terjadi pada level basic struktur dan suprastruktur suatu daerah, dengan munculnya pemukiman baru yang pada sebuah kota dagang maka kota tersebut mulai dihuni oleh orang-orang Eropa, China dan Arab. Perubahan ekologis tersebut juga diikuti dengan perubahan fisik kota dan daerah disekitarnya seperti pembangunan jalan, gedung-gedung perkantoran, rumah-rumah ibadah, sekolah, tokotoko dan sebagainya (Wertheim, 1999: 138-143; Kuntowijoyo, 2003: 65-66).

Ketika kekuasaan atas Jawa kembali ke tangan Belanda, maka pendataan mengenai kependudukan pun masih terus dilakukan. Seperti yang telah tercatat pada sumber-sumber pemerintah kolonial pada 1820 hingga 1864 jumlah penduduk di Keresidenan Cirebon mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pertambahan jumlah penduduk di Keresidenan Cirebon pada kurun waktu tersebut disebabkan oleh pemberlakuan Sistem Tanam Paksa yang memang selalu membutuhkan jumlah pekerja yang sangat banyak untuk perkebunan-perkebunan dan pabrik-pabrik setempat. Data-data mengenai kependudukan tersebut kemungkinan tidak terlalu akurat dengan kondisi yang sebenarnya karena berbagai macam faktor. Namun perkembangan penduduk di Keresidenan Cirebon cenderung mengalami peningkatan dari tahun-tahun berikutnya selama pelaksanaan Sistem Tanam Paksa. Seperti halnya menurut laporan Umbgrove dalam Breman (1986: 47), yang menyatakan bahwa dalam beberapa dasawarsa setelah Sistem Tanam Paksa dilaksanakan di Keresidenan Cirebon, maka daerah itu pun berkembang semakin pesat dan menjadi pemukiman padat penduduk. Hal itu dimungkinkan sebagai akibat dari penanaman tebu yang meluas dan pesat.
Pertumbuhan pada masyarakat Cirebon memasuki akhir abad ke-19 ini akan dilihat sebagai sebuah dampak dari perubahan bentuk mode produksi masyarakat tradisional subsisten menuju bentuk masyarakat industrialis modern.

Menurut buku Ensiklopedia Hindia-Belanda yang diterbitkan pada awal abad ke-20, Cirebon disebutkan memiliki luas 5626 km2 dengan terbagi atas 2 wilayah Afdelling, 6 wilayah distrik dan 21 onderdistrik. Sementara itu mengenai jumlah penduduk pada tahun 1905 kota Cirebon memiliki jumlah penduduk sebesar 71.000 jiwa yang terdiri dari 500 orang Eropa, 3.500 orang Thionghoa, 1.100 orang Arab dan 170 orang Asia Timur, sementara itu sisanya adalah penduduk pribumi. Menurut sumber yang berbeda pada tahun 1930 kota Cirebon memiliki jumlah penduduk sebesar 2.069.569 jiwa yang terdiri dari 3.395 orang Eropa, 32.055 orang Thionghoa, 4.796 orang Arab dan sisanya penduduk pribumi (Wahid, 2009: 26; The Encyclopedia of Nederlandsch Indie : 1937).

Senin, 09 Desember 2013

ALEXANDER GRAHAM BELL (3 MARET 1847-2 AGUSTUS 1922)

     Bell (panggilan untuk Alexander Graham Bell) dikenal sebagai penemu telepon, alat yang merupakan hasil karya teknologi terbesar abad XX. Bell lahir pad 3 Maret 1847, di Edinburgh, Skotlandia. Ia menempuh pendidikan di Universitas Edinburgh dan London. Pada tahun 1870, ia bermigrasi ke Kanada dan menuju ke Amerika Serikat pada tahun 1871.
     Di Amerika Serikat, ia mulai mengajar penderita bisu tuli. Kemudian, ia mempublikasikan sistem pengajaran yang disebut “ujaran yang dapat dilihat” yang pernah dikembangkan oleh ayahnya, Alexander Melville Bell. Sistem itu memperlihatkan bagaimana bibir, lidah, dan tenggorokan digunakan untuk menghasilkan bunyi. Tahun 1872, Bell mendirikan sekolah untuk melatih guru tunarungu di Boston, Massachusset. Kemudian, sekolah itu menjadi bagian dari Universitas Boston, tempat Bell diangkat sebagai profesor bidang fisiologi vokal. Dia beralih menjadi warga negara Amerika pada tahun 1882.
     Sejak berusia 18 tahun, Bell telah tertarik pada gagasan “berbicara jarak jauh”. Tahun 1874, saat bekerja di kantor telegraf, dia mengembangkan gagasan dasar telepon. Telepon pertama ditemukan oleh Bell, pada 1875. Alat ini terdiri atas gulungan kabel, lengan magnetik, dan selaput yang tegang. Setiap bunyi akan membuat selaput bergetar. Hal itu juga akan menggetarkan lengan magnetik. Gerakan magnet menyebabkan gerakan aliran listrik dalam gulungan kabel. Sinyal ini dapat diubah menjadi bunyi oleh alat lain yang sejenis di ujung lainnya.
     Eksperimen yang dia lakukan bersama asistennya, Thomas Watson, akhirnya, mencapai hasil pada 10 Maret 1876. Kalimat lengkap pertama dikirimkan, yaitu “Watson, kemari, saya perlu kamu”. Keberhasilan itu dilanjutkan dengan memperkenalkan telepon kepada dunia pada Pameran Seratus Tahun di Philadelphia, Pennsylvania, tahun 1876. Bell juga mengumumkan dirinya adalah pemimpin perusahaan telepon Bell tahun 1877.
     Tahun 1880, Prancis memberikan anugerah Volta kepada Bell, bernilai 50.000 franc, untuk penemuan telepon. Dengan uang hadiah itu, ia mendirikan Laboratorium Volta di Washington D.C. Pada tahun yang sama, Bell dan teman-temannya menemukan fotopon (Photophone) yang memancarkan bunyi ujaran melalui sinar cahaya. Penemuan lain, adalah audiometer (digunakan untuk mengukur ketajaman pendengaran), keseimbangan induksi (digunakan untuk mencari objek logam dalam tubuh manusia), dan silinder rekaman yang terbuat dari bahan lilin pertama (diperkenalkan tahun 1886). Silinder, bersamaan dengan cakram (disc) lilin, merupakan bentuk dasar ponograf modern.
     Setelah tahun 1895, minat Bell berubah. Ia lebih banyak menekuni bidang aeronautika (ilmu penerbangan). Banyak penemuannya dalam bidang ini yang diujicobakan di dekat vila musim panas miliknya di Nova Scotia, Kanada. Hasil pengkajiannya dalam bidang penerbangan dimulai dengan membuat layang-layang besar. Pada tahun 1907, ia melengkapi layang-layangnya agar dapat mengangkut orang. Bersama dengan sekelompok ahli, termasuk penemu dan pakar bidang penerbangan, Glenn Hammond Curiss, Bell mengembangkan aileron, bagian sayap pesawat terbang yang mengendalikan perputaran.
     Mereka juga mengembangkan tiga buah roda gigi untuk pendaratan, yang memungkinkan untuk meninggalkan dan mendarat pada landasan penerbangan.  Kemudian Bell dan kelompoknya mencoba menerapkan prinsip-prinsip bidang aeronautica terhadap mesin motor tempel yang digunakan di atas air. Mesin kapal motornya dinamakan hydrofoil, yang mampu berjalan di atas air dengan kecepatan tinggi. Hasil akhir “hydrodrome”, yang dikembangkan tahun 1917, mampu mencapai kecepatan 113 km/jam. Selama kurun waktu yang cukup lama, alat itu menjadi kapal motor tercepat di dunia.
     Bell terus berkarya. Ia melanjutkan pengkajian terhadap penyebab dan faktor keturunan penyakit tuli yang menghasilkan percobaan-percobaan dalam hal genetika, termasuk pengembangbiakan biri-biri. Tahun 1918, ia menerbitkan buku, bersama dengan Longevity, tentang kondisi masa kehidupan (Duration of Life and Conditions). Bell meninggal pada 2 Agustus 1922, di Baddeck, Kanada. Tempat ini kemudian menjadi museum yang dipelihara oleh pemerintah Kanada. Museum itu berisi penemuan-penemuan asli semasa hidup Bell.

Sumber: Microsoft Encarta Reference Library, 2003, dengan pengubahan

Minggu, 08 Desember 2013

LEBIH JAUH DENGAN DIDIK NINI THOWOK

     Sampai tahun 1995, penari Didik Nini Thowok (49 tahun) telah memiliki 19 orang guru. Kini, lelaki kelahiran Temanggung, Jawa Tengah ini, setidaknya telah berguru kepada 23 orang. Ia mencatat pertama kali belajar menari Jawa, tahun 1966, saat usianya 12 tahun, ia dibimbing oleh Sumiasih. Bahkan, pada usia 15 tahun, ia diajar menari Bali oleh pemain Ketoprak yang juga tukang cukur bernama Soegiyanto.
     Setelah kuliah di ASTI (Akademi Seni Tari Indonesia), Yogyakarta, sekarang ISI (Institut Seni Indonesia), Didik yang bernama asli Didik Hadiprayitno, seperti haus belajar tari kepada para maestro. Kemudian, ia berguru kepada Ni Ketut Sudjani (Temanggung), I Gusti Gde Raka (Bali), Rasimoen (Malang), Sawitri (Cirebon), Ni Ketut Reneng (Bali), Kamini (Surakarta), Bagong Kussudiardjo (Yogyakarta), BRA Yodonegoro (Yogyakarta), Sangeeta (India), Richard Emmert (Jepang), Sadamu Omura (Jepang), Jetty Roels (Belgia), Gojo Masanosuke (Jepang), serta beberapa nama maestro lain dari berbagai negara.
     Tak heran jika putra pertama dari pasangan Hadiprayitno-Suminah ini menguasai beragam tari, terutama yang berbasis  pada tradisi. Menariknya, sejak ia melejit lewat tari Nini Thowok, pada 1975, Didik memutuskan untuk terus menarikan tarian putri dengan warna komedi yang kental. Sejak itu, barangkali, Didik menjadi satu-satunya penari lelaki yang sangat serius menekuni tari-tarian putri.
     Banyak kesenian rakyat kita menunjukkan tarian perempuan diperankan laki-laki atau sebaliknya. Sebagai contoh, Sintren, Lais, dan Wari Lais di Cirebon atau Gandrung di Bali, Bissu di Makassar, Bedhoyo Kakung di (Keraton) Yogyakarta, dan Ludruk di Jawa Timur. Di Jepang, dikenal dengan nama Kabuki.
     Konon, dalam seni tradisi, pemeranan tokoh lelaki oleh perempuan bertujuan menghindari kekisruhan karena lelaki yang memerankan Arjuna, misalnya, selalu jadi idola. Hampir semua tokoh-tokoh dalam Topeng Cirebon adalah lelaki, sedangkan kebanyakan penarinya adalah perempuan. Di Yogyakarta, baru-baru ini ada rekonstruksi tentang Tari Bedhoyo Semang, tari sakral yang ditarikan laki-laki. Konon pula, kalau tarian ini ditarikan perempuan, akan ada hambatan. Namun, sebenarnya hal itu untuk menghindari kalau-kalau perempuan penari sedang menstruasi, istilahnya kotor, karena tarian ini merupakan tarian yang sakral. Oleh karena itu, laki-lakilah yang menarikannya.
Nama Nini Thowok sebenarnya berasal dari dari sebuah koreografi yang diciptakan Bekti Budi Hastuti, yang tak lain senior Didik di ASTI Yogyakarta. Dalam komposisi ini, Didik berperan sebagai perempuan dukun tua bernama Nini Thowok, yang setiap saat ketiban musibah, misalnya kondenya yang selalu lepas. Itu merupakan bagian dari tarian.
Sejak itulah, Didik sadar bahwa dia lebih cocok menarikan tarian perempuan dengan corak komedi. Kemudian, Didik menarikan karya ini dari kampus ke kampus, sampai-sampai, ia dikenal sebagai Didik Nini Thowok.
     Tahun 1999, cerita Didik, ia pernah ditanggap oleh sebuah hotel di Yogyakarta untuk menari. Sejak itulah, pertama kalinya ia pentas bersama dengan kesenian Nini Thowok yang asli dari Purworejo. “Ini pakai nyurup segala. Ngeri juga karena harus ada dukunnya untuk memanggil roh agar masuk ke dalam boneka,” Kata dia. Dalam tarian itu, Didik menembang Jawa untuk mengundang roh Nini Thowok. Dalam kesempatan ngobrol dengan rombongan dari Purworejo, Didik diberi tahu bahwa sebenarnya kata yang benar adalah  Nini Towong. Nini artinya perempuan, kata towong berasal dari ngento-ento yang artinya menyerupai, dan wong itu orang. Jadi, artinya boneka perempuan yang menyerupai manusia. “Tapi ya, sudah, saya sudah bertahun-tahun pakai Nini Thowok. Nanti, kalau diganti Thowong, malah kesurupan... ha-ha-ha,” kata Didik.
     Kemudian, ia juga melahirkan karya-karya penuh humor, seperti Tari Dwimuka (1987), Kuda Putih (1987), Dwimuka Jepindo (1999), Topeng Nopeng (1988), Topeng Walang Kekek (1980), serta ratusan karya lainnya. Karyanya yang masih sering dibawakan sampai sekarang adalah Tari Dwimuka. Tari itu masih mengundang decak kagum terhadap gerakan dan polah tingkah para tokoh yang dimainkan Didik di panggung. Tahun 1980, Didik mendirikan sanggar tari bernama Natya Lakshita, artinya, tari yang berciri.
     Tari telah menjadi pilihan hidup Didik. Hal itu dirasakannya sejak ia akan mulai kuliah. “Ya, tepatnya saat saya masuk ASTI tahun 1974. Padahal, kalau cita-cita awalnya, kan jadi pelukis. Saya mau kuliah di ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia, red), Yogyakarta. Tapi Bapak saya bangkrut. Kan Bapak kerja sebagai pengumpul kulit. Masuk ASRI itu perlu banyak biaya untuk membeli peralatan. Karena saya sudah menari sejak kecil dan menjadi guru tari saat tamat SMA, saya teruskan ke ASTI.”
     Saat kuliah di ASTI, Didik tinggal di rumah dosennya, Ngurah Suparta. Setiap pukul 05.00, ia dibangunkan untuk berlatih menari Bali.
     Sepanjang tahun 2004, ia melakukan perjalanan ke beberapa kota di mancanegara (Tokyo, San Fransisco, Washington, Vancouver, Berlin, Barcelona, dan beberapa kota di Inggris). Didik juga mengadakan festival di Yogyakarta. Dalam acara itu, ia mengundang para penari dari Jepang, India, dan Cina.

Sumber: Harian Kompas, 18 Januari 2004, dengan pengubahan  

Sabtu, 07 Desember 2013

DIESEL RAMAH LINGKUNGAN

     Mesin diesel modern tidak saja memberikan keiritan secara ekonomi, tetapi juga keheningan dan kinerja yang semakin baik. Meskipun sudah dilakukan pengembangan dalam kinerjanya, diesel masih saja menimbulkan polutan yang kotor. Kini, beberapa peneliti mencoba membuang asap hitam yang dengan setia mengepul dari lubang knalpot kendaraan bermesin diesel.
     Permasalahan mobil diesel terjadi di kawasan Amerika Utara. Gara-gara emisi nitrogen oksida (NOx) diesel melewati ambang batas yang ditetapkan oleh negara bagian California, mobil diesel tidak memperoleh tempat di kawasan Amerika Utara. Hal itu diberitakan Kompas, 17 September 2002, pada liputan khusus mengenai otomotif . Memang hanya California yang membatasi kadar Nox tadi, tetapi regulasi ini ternyata melampaui batas negara. Hal ini berbeda dengan kawasan Eropa yang tidak memiliki regulasi serupa sehingga mobil bermesin diesel cukup populer di kawasan itu.
     Peralatan yang bisa membersihkan gas buang diesel dengan lebih efektif tentunya membuat pasar tergiur. Permasalahannya adalah gas buang diesel tidak bisa dibersihkan dengan catalytic converter yang konvensional. Terlalu banyak oksigen dapat merusak katalis. Peneliti mencoba mengatasi hal itu dengan memasukkan plasma (gas yang bermuatan listrik). Dalam sebuah ruang (chamber), catalytic converter yang dicantelkan di lubang pengeluaran dengan cepat menggetarkan medan listrik. Proses itu akan mengubah molekul oksigen menjadi ion yang membantu mencetuskan reaksi kimia di saluran pembuangan. Kemudian, proses selanjutnya terjadi di sistem pembuangan. Dengan demikian catalytic converter tuntas melakukan tugas bersih-bersihnya.
     Beberapa perusahaan bertaruh bahwa sebelum tahun 2007 sistem plasma seperti itu bisa dipasang di mobil bermesin diesel untuk membakar smog yang menimbulkan nitrogen oksida dan partikulat yang merusak kesehatan. Saat itu, standar baru emisi diesel akan diberlakukan, dengan syarat sebersih mesin bensin. “Hal itu menjadi tujuan dari penelitian intensif di seluruh dunia, untuk menjadi yang pertama sebagai pintu gerbang untuk menurunkan emisi diesel,” kata Barry Bhatt, manajer sistem plasma Noxtech di Irvine, California.
     Pada Desember tahun lalu, NoxTech menyatakan, perusahaannya bisa menurunkan 94 % nitrogen oksida pada uji laboratorium. NoxTech merencanakan melakukan uji coba sistem plasma di lapangan pada musim semi. Ada banyak pesaing NoxTech,seperti konsorsium  DaimlerChrysler, General Motors, dan Ford Motor, serta Delphi Automotive System  yang berbasis di Troy, Michigan-Menggandeng pabrik mobil Prancis Peugeout Citroen-yang mencoba meluncurkan produk itu ke pasar tahun 2005
     Menurut John Fairbanks, manajer program disel bersih Departemen Energi Amerika, pendekatan plasma ini merupakan pilihan teknologi yang bagus bagi sistem pembuangan diesel keluaran tahun 2007 untuk truk kecil , SUV, atau pick up. Hanya saja ada kendala yang cukup besar: teknologi ini mahal. Namun, Daniel Cohn, fisikawan di Pusat Fusi dan Ilmu Plasma Institut Teknologi Massachussets (MIT), menyatakan, harga bisa turun dengan menggunakan chamber yang lebih kecil dan suplai tenaganya dibuat sederhana. “Plasmatron”, begitu ia menyebut temuannya, menghasilkan gas kaya hidrogen dari campuran udara dan bahan bakar diesel. Gas ini kemudian diinjeksikan ke dalam catalys yang kemudian menjebak nitrogen dioksida. Gas hidrogen bereaksi dan membuang nitrogen oksida.
     Akhir tahun kemarin, pembuat komponen kendaraan ArvinMeritor-juga berbasis di Troy, Michigan-melakukan kesepakatan dengan pihak MIT untuk mengembangkan plasmatron lebih lanjut. Siapa pun yang akan memenangi persaingan dalam meghasilkan diesel yang lebih bersih, pemenang sejati adalah pengendara dan lingkungan tentunya.

Sumber: Intisari, “Iptek”, 2 September 2001, dengan pengubahan

Senin, 02 Desember 2013

SISI RELIGI SEPAK BOLA

Oleh: ANTON SANJOYO

     Banyak yang meragukan jika Diego Armando Maradona adalah santo, orang suci. Namun, di Napoli, legenda Argentina itu memang dianggap santo, dan orang Napoli tidak pernah peduli apakah orang Katolik lainnya setuju atau tidak. Di Napoli, hubungan antara Maradona dan penduduk kota begitu dekat, sedekat hubungan mereka dengan gereja. Ini karena Maradona bukan sekadar pemain bola atau sekadar bintang. Dialah yang mengangkat Napoli dari “penindasan” sepak bola, bahkan Maradona dianggap “nabi” pembebas dari penjajahan sosial.
     Sebelum Maradona datang ke Napoli tahun 1980-an, penduduk kota ini merasa menjadi kelas dua di Italia. Berada di bagian selatan Italia yang relatif lebih miskin ketimbang saudaranya di utara, Napoli menemukan jati diri ketika Maradona membawa mereka menjadi juara Liga serie A. Ini adalah “proklamasi kemerdekaan” Napoli dari penindasan sosial kota di utara yang lebih makmur terutama Milan dan Roma, dua kota yang dianggap pusat peradaban Italai dan dunia.
     Faktor Maradona pula yang membuat penduduk Napoli sempat dicibir sebagai bangsa Italia lainnya. Saat kesebelasan Argentina tampil di semufinal Piala Dunia 1990 melawan Gli Azzuri Italia di Stadion San Paolo, Napoli, seisi stadion justru memihak Argentina. Celakanya lagi, Argentina menang dan melaju ke final sebelum “dicurangi” Juergen Klinsmann dan kalah oleh gol penalti Andreas Brehme. Saat Maradona menangis seusai kekalahan melawan Jerman, media Italia menulis, “kesedihan dan air mata Maradona juga dirasakan warga Napoli yang tidak berhenti berdoa sepanjang  laga...”
     Meski kemudian Maradona jatuh dalam jurang narkoba dan beberapa kali dirawat akibat overdosis, kecintaan warga Napoli tidak pernah luntur. Ketika dia dipulangkan dari Piala Dunia 1994 Amerika Serikat akibat mengkonsumsi narkoba, beberapa gereja di Napoli menggelar misa khusus untuk keselamatan Maradona.
     Seperi halnya Maradona, Paus Fransiskus juga orang Argentina. Dia menjadi orang Amerika Latin pertama yang menjadi pemimpin tertinggi Gereja Katolik setelah Paus Benediktus XVI turun dari Takhta Suci Vatikan. Saat masih sebagai kardinal, Paus Fransiskus dikenal sebagai Jorge Mario Bergoglio. Punya darah Italia dan lahir di Buenos Aires, Papa Fransiskus adalah pendukung setia klub San Lorenzo de Almagro, tim yang berkompetisi di Divisi Primer Argentina.
     Saat dilantik menjadi Paus, pendukung San Lorenzo yang paling gembira. Mereka sempat menyanyikan lagu-lagu gereja menjelang pertandingan melawan Colon untuk merayakan duduknya Bergoglio di Takhta Suci Vatikan. Bukan hanya itu, sejak Paus Fransiskus menjadi gembala utama umat Katolik, foto Bergoglio terpampang di kostum San Lorenzo, tepat berada di dada, di samping lambang klub. Ditambah tulisan “Papa Francisco”, klub ini benar-benar merayakan kedekatan batinnya dengan Paus baru yang punya nomor 88235 dalam daftar fans club San Lorenzo.
     Pencantuman foto, meskipun seorang Paus, sebenarnya melanggar peraturan FIFA mengenai kostum. FIFA cukup ketat mengatur hal ini karena khawatir sepak bola dipolitisasi untuk kampanye tertentu, terutama politik. Peraturan ini masih sejenis dengan peraturan mengenai pemain yang tidak boleh membuka kostum saat merayakan gol karena dikhawatirkan mereka mengkampanyekan politik lewat tulisan atau gambar di baju dalamnya.
     Namun, kasus foto Papa Francisco memang unik, dan sejauh ini belum ada tanggapan apa pun dari FIFA. FIFA kemungkinan besar berhati-hati, menyikapi kasus ini karena pelanggaran San Lorenzo kemungkinan besar dianggap bukan pelanggaran serius, selain juga karena berhubungan dengan perayaan religi.
     Klub San Lorenzo sendiri sangat dekat hubungannya dengan Gereja Katolik. Nama klub itu bahkan diambil dari nama Lorenzo Massa, pastor yang menjadi pendiri klub. Pastor Lorenzo mendirikan klub ini karena prihatin melihat begitu banyak remaja yang main bola di jalanan tanpa ada pembimbing. Lorenzo lalu mengundang mereka ke halaman gereja yang luas untuk bermain bola dan membentuk sebuah perkumpulan yang sekarang bernama San Lorenzo de Almagro.
Di banyak negara di Eropa, Gereja juga menjadi cikal bakal sebuah klub. Di Inggris, kisahnya dimulai sekitar 130 tahun lalu. Klub Everton misalnya, didirikan oleh Gereja Methodis Santo Domingus pada 1878. Sementara klub Manchester City yang kini dipunyai juragan dari tanah Arab didirikan oleh Gereja Santo Markus.
     Namun, jika di Argentina klub seperti San Lorenzo ini hubungannya dengan Gereja masih sangat kuat, tidak begitu dengan Everton dan Manchester City. Relasi dengan gereja hanya tinggal sejarah, dan mereka kini tumbuh benar-benar sebagai klub profesional tanpa punya akar yang kuat kepada Gereja. Meski demikian, fenomena ini masih lebih baik ketimbang fenomena permusuhan antara klub Glasgow Celtic dan Glasgow Rangers yang bernuansa sektarian agama. Dua klub di ibu kota Skotlandia itu benar-benar dipisahkan keyakinan agama. Celtic didukung penganut Katolik, sedangkan Rangers disokong penganut Protestan. Sebuah basis dukungan yang benar-benar absurd untuk tolok ukur sepak bola modern.
     Di luar Glasgow, beruntung kita masih bisa menyaksikan hubungan yang begitu dalam antara religi dan sepak bola. Pada banyak kesempatan, kita melihat pemain Muslim tetap menjalankan ibadah puasa meski tetap harus bertanding bagi klubnya terutama di kompetisis Eropa. Pemain seperti Yaya Toure, Kolo Toure, dan Samir Nasri tetap berpuasa pada bulan suci Ramadhan.
     Pemain Sevilla, Freddie Kanoute, pernah menolak memakai kostum timnya yang disponsori sebuah rumah judi. “ Agama saya melarang judi. Saya tidak mau menanggung akibatnya di akhirat,” ujar Kanoute. 



Sumber: Harian Kompas, Kamis, 28 Maret 2013

Sabtu, 30 November 2013

TERJUN PAYUNG PERTAMA DARI BALON UDARA

Pada 22 Oktober 1797, pembuat balon dan penemu payung tanpa rangka asal Perancis, Andre-Jacques Garnerin, menjadi orang pertama yang terjun payung dari balon udara. Ia menggunakan payung sutera dan terjun di Parc Monceau, Paris, Perancis.

Garnerin adalah murid Jacques Charles, profesor yang merintis penggunaan balon. Bersama dengan saudaranya Jean-Baptiste-Olivier Garnerin, ia terlibat dalam sejumlah upaya penerbangan dengan balon udara panas. Garnerin secara berkala melakukan pengujian dan peragaan di Parc Monceau sejak 1797.

Ia sempat mengundang perhatian karena mengumumkan pada 1798 bahwa penerbangan berikutnya akan mengikutsertakan seorang perempuan sebagai penumpang. Meski didukung publik dan pers, ia dipaksa melakukan dengar pendapat dengan pihak berwajib untuk menjelaskan proyeknya. Meski sempat dilarang, Garnerin kemudian diperkenankan melanjutkan proyeknya. Citoyenne Henri dipilih untuk menjadi perempuan pertama yang terbang dengan balon udara pada 8 Juli 1798.

KOMPUTER DIGITAL ELEKTRONIK PERTAMA DIPUTUSKAN PENGADILAN

Tanggal 19 Oktober 1973, keputusan hakim Earl R Larson tentang perseteruan antara Honeywell Inc dan Sperry Rand Corp dipublikasikan dalam sebuah dokumen berjudul Finding of Fact, Conclusions of Law, and Order for Judgement setebal 248 halaman.

Perseteruan tersebut adalah tentang siapa penemu komputer digital elektronik pertama. Kerap disebutkan bahwa John Mauchly dan John Presper Eckert yang mengembangkan komputer ENIAC (Electrical Numerical Integrator And Calculator) pada 1946 merupakan perintis komputer.

Namun, sebenarnya adalah John Atanasoff dan Clifford Berry yang merancang komputer antara tahun 1939-1941, yang disebut ABC (Atanasoff-Berry Computer). Mauchly bertemu dengan Atanasoff beberapa kali antara tahun 1940-1943 tanpa menyebutkan bahwa ia sendiri sedang mengembangkan proyek komputer dan kemudian mematenkan lebih dahulu pada tahun 1947.

Pada tahun 1973, hakim Larson memutuskan bahwa Atanasoff yang berhak disebut sebagai penemu komputer dan membatalkan paten ENIAC.