Mesin diesel modern tidak saja memberikan keiritan secara
ekonomi, tetapi juga keheningan dan kinerja yang semakin baik. Meskipun sudah
dilakukan pengembangan dalam kinerjanya, diesel masih saja menimbulkan polutan
yang kotor. Kini, beberapa peneliti mencoba membuang asap hitam yang dengan
setia mengepul dari lubang knalpot kendaraan bermesin diesel.
Permasalahan mobil diesel terjadi di kawasan Amerika Utara.
Gara-gara emisi nitrogen oksida (NOx) diesel melewati ambang batas yang
ditetapkan oleh negara bagian California, mobil diesel tidak memperoleh tempat
di kawasan Amerika Utara. Hal itu diberitakan Kompas, 17 September 2002,
pada liputan khusus mengenai otomotif . Memang hanya California yang membatasi
kadar Nox tadi, tetapi regulasi ini ternyata melampaui batas negara. Hal ini
berbeda dengan kawasan Eropa yang tidak memiliki regulasi serupa sehingga mobil
bermesin diesel cukup populer di kawasan itu.
Peralatan yang bisa membersihkan gas buang diesel dengan
lebih efektif tentunya membuat pasar tergiur. Permasalahannya adalah gas buang
diesel tidak bisa dibersihkan dengan catalytic converter yang
konvensional. Terlalu banyak oksigen dapat merusak katalis. Peneliti mencoba
mengatasi hal itu dengan memasukkan plasma (gas yang bermuatan listrik). Dalam
sebuah ruang (chamber), catalytic converter yang dicantelkan di lubang
pengeluaran dengan cepat menggetarkan medan listrik. Proses itu akan
mengubah molekul oksigen menjadi ion yang membantu mencetuskan reaksi kimia di
saluran pembuangan. Kemudian, proses selanjutnya terjadi di sistem pembuangan.
Dengan demikian catalytic converter tuntas melakukan tugas
bersih-bersihnya.
Beberapa perusahaan bertaruh bahwa sebelum tahun 2007 sistem
plasma seperti itu bisa dipasang di mobil bermesin diesel untuk membakar smog
yang menimbulkan nitrogen oksida dan partikulat yang merusak kesehatan. Saat
itu, standar baru emisi diesel akan diberlakukan, dengan syarat sebersih mesin
bensin. “Hal itu menjadi tujuan dari penelitian intensif di seluruh dunia,
untuk menjadi yang pertama sebagai pintu gerbang untuk menurunkan emisi diesel,” kata Barry Bhatt, manajer
sistem plasma Noxtech di Irvine, California.
Pada Desember tahun lalu, NoxTech menyatakan, perusahaannya
bisa menurunkan 94 % nitrogen oksida pada uji laboratorium. NoxTech
merencanakan melakukan uji coba sistem plasma di lapangan pada musim semi. Ada
banyak pesaing NoxTech,seperti konsorsium
DaimlerChrysler, General Motors, dan Ford Motor, serta Delphi Automotive
System yang berbasis di Troy, Michigan-Menggandeng
pabrik mobil Prancis Peugeout Citroen-yang mencoba meluncurkan produk itu ke
pasar tahun 2005
Menurut John Fairbanks, manajer program disel bersih
Departemen Energi Amerika, pendekatan plasma ini merupakan pilihan teknologi
yang bagus bagi sistem pembuangan diesel keluaran tahun 2007 untuk truk kecil ,
SUV, atau pick up. Hanya saja ada kendala yang cukup besar: teknologi
ini mahal. Namun, Daniel Cohn, fisikawan di Pusat Fusi dan Ilmu Plasma Institut
Teknologi Massachussets (MIT), menyatakan, harga bisa turun dengan menggunakan chamber
yang lebih kecil dan suplai tenaganya dibuat sederhana. “Plasmatron”, begitu ia
menyebut temuannya, menghasilkan gas kaya hidrogen dari campuran udara dan
bahan bakar diesel. Gas ini kemudian diinjeksikan ke dalam catalys yang
kemudian menjebak nitrogen dioksida. Gas hidrogen bereaksi dan membuang
nitrogen oksida.
Akhir tahun kemarin, pembuat komponen kendaraan
ArvinMeritor-juga berbasis di Troy, Michigan-melakukan kesepakatan dengan pihak
MIT untuk mengembangkan plasmatron lebih lanjut. Siapa pun yang akan memenangi
persaingan dalam meghasilkan diesel yang lebih bersih, pemenang sejati adalah pengendara
dan lingkungan tentunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar